Selasa, 31 Mei 2011

Peran Konsep Ta’dib Dalam Islamisasi Ilmu Pengetahuan (Pandangan Syed Muhammad Naquib Al-Attas

Pendahuluan
Ta’dib adalah konsep pendidikan Islam yang digagas oleh Syed Muhammad Naquib Al-Attas yang bertujuan mencetak manusia beradab. Ide al-Attas tersebut adalah dalam rangka berusaha menjawab krisis yang dialami kaum muslim kontemporer. Menurut al-Attas, tantangan terbesar yang dihadapi dunia muslim kontemporer adalah kesalahan dibidang ilmu. Hal tersebut mengakibatkan hilangnya adab (the loss of adab). Kehilangan adab di sini maksudnya kehilangan identitas, identitas ilmu-ilmu keislaman dan identitas ilmuan muslim. Definisi sains Islam semakin kabur, tertutup selimut ilmu-ilmu modern-sekuler. Lenyapnya identitas ilmu Islam tersebut dikarenakan gencarnya hegemoni Barat sekuler dalam ilmu pengetahuan.
Untuk menjawab tantangan tersebut, al-Attas menggagas proyek Islamisasi ilmu pengetahuan. Proyek besar tersebut memerlukan perangkat-perangkat yang kuat. Oleh karena itu, pendidikan Islam – sebagai basis utama mega proyek tersebut – harus mampu mencetak manusia beradab. Yakni manusia yang berpandangan hidup Islam dan menguasai ilmu-ilmu Islam secara integratif. Gagasan melahirkan manusia yang beradab tersebut diwujudkan dengan pendidikan konsep ta’dib sebagai formula pendidikan Islam yang ideal dan integratif. Tulisan ini akan membahas urgensi dan peran pendidikan konsep ta’dib dalam Islamisasi Ilmu pengetahuan.
Pendidikan Konsep Ta’dib
Konsep ta’dib yang digagas al-Attas adalah konsep pendidikan Islam yang bertujuan menciptakan manusia beradab dalam arti yang komprehensif. Pengertian konsep ini dibangun dari makna kata dasar adaba dan derivasinya. Makna addaba dan derivasinya, bila maknanya dikaitkan satu sama lain, akan menunjukkan pengertian pendidikan yang integratif . Di antara makna-makna tersebut adalah, kesopanan, keramahan, dan kehalusan budi pekerti . Makna ini identik dengan akhlak. Adab juga secara konsisten dikaitkan dengan dunia sastra, yakni adab dijelaskan sebagai pengetahuan tentang hal-hal yang indah yang mencegah dari kesalahan-kesalahan . Sehingga seorang sastrawan disebut adiib. Makna ini hampir sama dengan definisi yang diberikan al-Jurjani, yakni ta’dib adalah proses memperoleh ilmu pengetahuan (ma’rifah) yang dipelajari untuk mencegah pelajar dari bentuk kesalahan .
Kata ta’dib adalah mashdar dari addaba yang sebenarnya secara konsisten bermakna mendidik. Berkenaan dengan hal itu, seorang guru yang mengajarkan etika dan kepribadian tersebut disebut juga mu’addib . Setidaknya ada tiga derivasi dari kata addaba, yakni adiib, ta’dib, muaddib. Dari gambaran tersebut dapat dikatakan, keempat makna itu saling terikat dan berkaitan. Seorang pendidik (muaddib), adalah orang yang mengajarkan etika, kesopanan, pengembangan diri atau suatu ilmu (ma’rifah) agar anak didiknya terhindar dari kesalahan ilmu, menjadi manusia yang sempurna (insan kamil) sebagaimana dicontohkan dalam pribadi Rasulullah SAW . Cara mendidiknya perlu dengan menggunakan cara-cara yang benar sesuai kaidah, menarik dan indah – seperti seorang sastrawan yang menyuguhkan kata-kata dengan benar, indah dalam berpuisi.
Berdasarkan hal itu, al-Attas mendefinisikan adab dari analisis semantiknya, yakni, adab adalah pengenalan dan pengakuan terhadap realita bahwasannya ilmu dan segala sesuatu yang ada terdiri dari hirearki yang sesuai dengan kategori-kategori dan tingkatan-tingkatannya, dan bahwa seseorang itu memiliki tempatnya masing-masing dalam kaitannya dengan realitas, kapasitas, potensi fisik, intelektual dan spiritual . Dalam hal ini, al-Attas memberi makna adab secara lebih dalam dan komprehensif yang berkaitan dengan objek-objek tertentu yaitu pribadi manusia, ilmu, bahasa, sosial, alam dan Tuhan . Beradab, adalah menerapkan adab kepada masing-masing objek tersebut dengan benar, sesuai aturan.
Pada dasarnya, konsep adab al-Attas ini adalah memperlakukan objek-objek tersebut sesuai dengan aturan, wajar dan tujuan terakhirnya adalah kedekatan spiritual kepada Tuhan. Berkenaan dengan hal ini, maka adab juga dikaitkan dengan syari’at dan Tauhid. Orang yang tidak beradab adalah orang yang tidak menjalankan syari’at dan tidak beriman (dengan sempurna) . Maka orang beradab menurut al-Attas adalah orang yang baik yaitu orang yang menyadari sepenuhnya tanggung jawab dirinya kepada Tuhan Yang Hak, memahami dan menunaikan keadilan terhadap dirinya dan orang lain dalam masyarakat, berupaya meningkatkan setiap aspek dalam dirinya menuju kesempurnaan sebagai manusia yang beradab .
Dari uraian singkat tersebut, bisa dikatakan beradab makna sederhananya adalah tidak berbuat dzalim. Maksudnya, orang beradab adalah orang yang menggunakan epistemologi ilmu dengan benar, menerapkan keilmuan kepada objeknya secara adil, dan mampu mengidentifikasi dan memilah pengetahuan-pengetahuan (ma’rifah) yang salah. Setelah itu, metode untuk mencapai pengetahuan itu harus juga benar sesuai kaidah Islam. Sehingga, seorang yang beradab (insan adabi) mengerti tanggung jawabnya sebagai jiwa yang pernah mengikat janji dalam Primordial Covenant dengan Allah SWT sebagai jiwa bertauhid. Apapun profesi manusia beradab, ikatan janji itu selalu ia aplikasikan dalam setiap aktifitasnya . Oleh sebab itu, istilah yang paling tepat untuk pendidikan Islam menurut al-Attas adalah ta’dib bukan tarbiyah atau ta’lim. Term tarbiyah tidak menunjukkan kesesuaian makna, ia hanya menyinggung aspek fisikal dan emosional manusia. Term tarbiyah juga diapakai untuk mengajari hewan. Sedangkan ta’lim secara umum hanya terbatas pada pengajaran dan pendidikan kognitif. Akan tetapi ta’dib sudah menyangkut ta’lim (pengajaran) di dalamnya . Singkatnya, konsep ta’dib mengandung makna yang lebih komprehensif dan integratif daripada tarbiyah.
Konsep ta’dib adalah konsep pendidikan Islam yang komprehensif, karena aspek-aspek ilmu dan proses pencapainya mesti dicapai dengan pendekatana tawhidy dan objek-objeknya diteropong dengan pandangan hidup Islami (worldview Islam) . Pendekatan tawhidy adalah pendekatan yang tidak dikotomis dalam melihat realitas. Menurut al-Attas, pendidikan Islam bukanlah seperti pelatihan yang akan menghasilkan spesialis. Melainkan proses yang akan menghasilkan individu baik (insan adabi), yang akan menguasai pelbagai bidang studi secara integral dan koheren yang mencerminkan padandangan hidup Islam .
Model pendidikan yang menitikberatkan pada pelatihan cenderung menghasilkan individu pragmatis, yang aktifitasnya tidak mencerminkan pandangan hidup Islam. Ia hanya belajar untuk tujuan kepuasan materi. Padahal, pendidikan adalah proses panjang yang titik kulminasinya adalah kebahagaiaan akhirat. Maka, konsep ta’dib menfaikan itu. Target yang ingin dicapai dalam konsep ta’dib adalah penguasaan ilmu-ilmu itu mesti terselimuti oleh worldview Islam. Tidak ada dikotomi antara ilmu umum dan ilmu syar’i. Semua ilmu yang dipelajari, baik ilmu matematika, fisika, kimia, biologi, bahasa, sosial dan lain sebagainya, mesti mendapat asupan dengan ilmu syari’at.
Sehingga bisa dikatakan, integralisasi sains dan ilmu-ilmu humaniora dengan ilmu syar’i adalah inti utama konsep pendidikan ta’dib. Sebab dalam pandangan hidup Islam, aspek duniawi harus dihubungkan dengan cara yang sangat mendalam kepada aspek akhirat, dan aspek akhirat adalah signifikasi yang final. Pandangan hidup Islam terbangun dari jaringan-jaringan konsep yang saling terkait seperti konsep Tuhan, wahyu, manusia, alam, ilmu, agama dan lain sebagainya. Manusia beradab menurut al-Attas adalah manusia yang sadar akan kedudukan dirinya di tengah realitas alam dan harus bisa berbuat selaras dengan ilmu pengetahuan secara positif, terpecaya dan terpuji .
Manusia yang beradab, akan melihat segala persoalan di alam ini dengan kacamata worldview Islam. Worldview Islam menjadi ‘pisau’ analisa setiap persoalan keduniawiyan. Sebagaimana dinyatakan al-Attas, insan adabi itu harus berbuat selaras dengan ilmu pengetahuan secara positif. Yakni, seorang manusia yang selalu menggunakan epistemologi Islam dalam dialognya dengan realita alam. Individu-individu yang beradab seperti ini adalah berperann penting secara sosial dalam pembentuk sebuah masyarakat beradab.
Masyarakat beradab, adalah masyakat beriman yang memahami diin dengan baik dan benar. Yang menarik disini adalah korelasi antara kata beradab dan br-diin dengan benar. Al-Attas menganalisa, bahwa diin berasal dar kata da ya na yang berati berhutang. Derivasi kata itu adalah daynun (kewajiban), daynunah (hukuman), idanah (keyakinan). Islam sebagai sebuah diin mengandung makna dari derivasi kata-kata tersebut. Yakni, inti berislam adalah kewujudan manusia yang berhutang kepada Tuhan, penyerahan diri manusia kepada Tuhan, pelaksanaan kekuasaan pengadilan, dan suatu cerminan dari kecenderungan manusia secara fitrah. Kata-kata tersebut di atas juga berkait dengan kata madinah (kota) yakni kota yang berisi manusia-manusai beragama dengan baik . Dari kata ini juga lahir istilah tamaddun yang diartikan peradaban. Di sinilah kata beradab bertemu dengan kata diin. Sehingga, bisa dikatakan orang beradab adalah orang yang berdiin, melaksanakan syari’ah, menempati janji primordialnya sebagai jiwa bertauhid – yang secara ringkas dikatakan berworldview Islam.
Dapat disimpulkan, konsep ta’dib adalah konsep pendidikan yang bertujuan menghasilkan individu beradab, yang mampu melihat segala persoalan dengan teropong worldview Islam. Mengintegrasikan ilmu-ilmu sains dan humaniora dangan ilmu syari’ah. Sehingga apapun profesi dan keahliannya, syar’iah dan worldview Islam tetap merasuk dalam dirinya sebagai parameter utama. Individu-individu yang demikian ini adalah manusia pembentuk peradaban Islam yang bermartabat. Dalam tataran praktis, konsep ini memerlukan proses Islamisasi ilmu pengetahuan terlebih dahulu. Karena, untuk mencapai tujuan utama konsep pendidikan ini, ilmu-ilmu tidak hanya perlu diintegrasikan akan tetapi, ilmu yang berparadigma sekuler harus diislamkan basis filosofisnya.

Pendidikan Ta’dib dan Islamisasi Ilmu Pengetahuan
Sebagaimana disinggung di atas, konsep ta’dib adalah konsep yang dibangun dengan tujuan menghasilkan individu beradab, yakni yang bertasawwur Islamiy (berpandangan hidup Islam). Individu yang seperti inilah yang berperan dalam proses Islamisasi ilmu pengetahuan. Sesuai dengan makna ta’dib menurut al-Jurjani bahwa ta’dib adalah proses mendapatkan ilmu pengetahuan (ma’rifah) untuk mencegah pelajar dari bentuk kesalahan. Tujuan Islamisasi Ilmu juga sama. Al-Attas mengatakan tujuan Islamisasi Ilmu Pengetahuan adalah melindungi orang Islam dari ilmu yang sudah tercemar yang menyesatkan dan menimbulkan kekeliruan.
Dalam pandangan Syed M.N. Al-Attas, ilmu modern banyak yang telah westernized (terbaratkan) yang bangunan konsep-konsepnya disusun ilmuan Barat sekuler. Westernisasi ilmu bukan dibangun di atas Wahyu dan kepercayaan agama, tetapi dibangun di atas tradisi budaya yang diperkuat dengan spekulasi filosofis yang terkait dengan kehidupan sekular yang memusatkan manusia sebagai makhluk rasional. Akibatnya, ilmu pengetahuan dan nilai-nilai etika dan moral, yang diatur oleh rasio manusia, berubah terus menerus . Pandangan ilmuan Barat yang berpadangan hidup sekuler secara sadar atau tidak mempengaruhi hasil observasi ilmunya. Sehingga kita bisa berasumsi bahwa, beberapa hasil kajian-kajian ilmiah yang diteliti cenderung sekularistik serta kosong nilai-nilai religius.
Akibatnya, ilmu-ilmu produk ilmuan Barat menimbulkan persoalan pelik yang tidak menguntungkan bagi pandangan muslim. Persoalan utamanya adalah pergeseran paradigma ilmu. Epistemologi yang digunakan dalam proses mendapatkan ilmu adalah epistemologi rasionalis-empiris – membuang dimensi metafisik . Al-Attas menyebut lima poin yang menjiwai budaya keilmuan barat. Yaitu, mengandalkan akal untuk membimbing kehidupan manusia, menggunakan pendekatakan dikotomis atau dualistik terhadap realita kebenaran, menegaskan aspek eksistensi yang memproyeksikan pandangan hidup sekuler yang cenderung berpaham humanisme dan menjadikan tragedi sebagai faktor yang dominan dalam fitrah dan eksistensi kemanusiaan . Dengan pendekatan ini, ilmuan dipaksa untuk tidak memasukkan unsur-unsur metafisik atau penafsiran-penafsiran agama. Sehingga dalam hasil kajian ilmiah, sains tidak boleh bertemu dengan penafsiran agama.
Pada dasarnya, poin utama perbedaan metodologi Islam dan Filsafat sains sekular adalah cara mendapatkan kebenaran pengetahuan. Filsafat sains sekuler menggunakan metode rasionalis-empiris, menolak wahyu dan otoritas tetap serta menjadikan skeptisisme (keraguan) sebagai metode epistemologi. Skeptisisme inilah menjadi kepercayaan dasar – membuang dimensi metafisik . Sehingga konsep nilai, konsep baik dan buruk menjadi kabur, tidak ada parameter tetap, karena selalu berubah-ubah.
Oleh sebab itulah, ilmu-ilmu modern harus diperiksa dengan teliti. Ini mencakup metode, konsep, praduga, simbol, dari ilmu modern; beserta aspek-aspek empiris dan rasional, dan yang berdampak kepada nilai dan etika; penafsiran historisitas ilmu tersebut, bangunan teori ilmunya, praduganya berkaitan dengan dunia, dan rasionalitas proses-proses ilmiah, teori ilmu tersebut tentang alam semesta, klasifikasinya, batasannya, hubung kaitnya dengan ilmu-ilmu lainnya serta hubungannya dengan sosial harus diperiksa dengan teliti.
Bagi Islam, hal ini tidak menguntungkan pendidikan. Hegememoni ilmu sekuler yang mengglobal telah sekian lama mempengaruhi dunia pendidikan Islam . Di satu sisi, sains saat ini adalah hasil kajian epistemologi sekular yang tentu dalam konsep-konsep atau teorinya di dasari asumsi yang sekular. Hal itu berakibat pada hasil observasinya – meskipun tidak semua. Satu contoh adalah konsep Darwin tentang asal-usul kehidupan. Darwin adalah seorang saintis ateis. Alasan mengapa ia menyimpulkan kehidupan itu berasal dari makhluk hidup sebelumnya, adalah karena itu tidak meyakini keberadaan Tuhan yang menciptakan makhluk. Asumsi yang menolak campur tangan Tuhan dalam penciptaan inilah yang mempengaruhi hasil penelitiannya, bahwa makhluk itu ada dengan sendirinya.
Pada sisi yang lain, dewesternisasi ilmu tersebut melahirkan dikotomi bahwa ilmu pengetahuan itu ada dua, yaitu ilmu umum dan ilmu agama. Pembagian ini bermasalah. Sebab, pembagian ini cenderung menggiring pemahaman ‘menyempitkan’ ilmu agama. Seakan-akan ilmu agama itu partikular tidak umum. Bahkan seakan melokalkan ilmu agama. Padahal ilmu agama Islam mestinya lebih universal, daripada sains. Karena ilmu agama menyangkut dan mengatur semua realitas alam. Akan tetapi ilmu umum tertentu belum tentu bersifat universal.
Jika seperti ini, maka ini termasuk pandangan yang sekuler. Selain itu, ilmu-ilmu, baik umum maupun agama semakin dibagi-bagi – yang tidak ada usaha mengkorelasisakan. Akibatnya, orang kedokteran, kimia, fisika, teknik misalnya tidak paham ilmu fikih, atau ilmu-ilmu syariah lainnya. Bahkan spesifikasi belajar agama semakin menyempit, dibagi menjadi jurusan-jurusan yang bermacam-macam. Belum lagi, belajar ilmu-ilmu syari’ah dengan framework Barat, bisa dipastikan hasilnya bukan kedekatan kepada Allah SWT
Menurut al-Attas, inilah tantangan terbesar yang dihadapi kaum muslim kontemporer, yang memerlukan gerakan sinergis untuk melakukan Islamisasi ilmu. Proyek ini tidak lah mudah, membutuhkan individu-individu unggul untuk mengislamkan sains. Individu yang dimaksud adalah individu yang perpandangan hidup Islam. yang memahami konsep-konsep kunci dalam Islam. Dalam rangka itulah maka al-Attas menggagas konsep ta’dib untuk pendidikan Islam. sebuah terobosan baru di era kontemporer untuk menyuguhkan pendidikan integral, kohern dan berpandangan hidup Islam .
Untuk keperluan itulah, perlu dipersiapkan generasi yang menguasai basis-basis ilmu ilmu agama. Yang mampu menguasai konsep-konsep Islam, sekaligus bersikap kritis terhadap fenomena ilmu yang berdasarkan epistemologi sekuler. Jika dua konsep itu dikuasai maka pelajar beradab akan mampu melakukan Islamisasi ilmu. Proses islamisasi itu bukan sekedar memasukkan dalil naqli ke dalam sains, akan tetapi yang diislamkan adalah, basis filosofisnya, metode berpikir, atau konsep yang dianggap menafikan metafisik atau bertentangan dengan konsep-konsep Islam. Dengan begitu, diharapkan proyek islamisasi ilmu pengetahuan ini menegaskan kembali identitas sains Islam, yang telah hilang. Proyek besar tersebut bakal melahirkan disiplin sains beridentitas Islam, seperti ekonomi Islam, Kedokteran Islam, Kimia Islam, Fisika Islam, Psikologi Islam, dan lain sebagainya.

Saintis Beradab
Problem yang melanda pendidikan Islam dan intelektual muslim tersebut dikarenakan dua sebab, eksternal dan internal. Sebab eksternal dikarenakan oleh tantangan hegemoni Barat dalam bidang budaya, sosial, politik dan agama. Sedangkan penyebab internal tampak dalam tiga bentuk fenomena yang saling berhubungan, yaitu kekeliruan dan kesalahan dalam memahami ilmu beserta aplikasinya, ketiadaan adab, dan munculnya pemimpin-pemimpin yang tidak layak memikul tanggung jawab dengan benar di segala bidang .
Dalam posisi ini, yang harus menjadi titik utama perhatian adalah ketiadaan adab seorang ilmuan yang disebabkan kesalahan dalam memahami ilmu. Kesalahan ilmu ini adalah sumber dari masalah yang lain , terutama krisis ketiadaan adab (the loss adab). Secara esensial, ketiadaan adab akan memicu munculnya segala bentuk sofisme. Yakni, timbulnya kebingungan dalam bidang ilmu yang hal ini menyebabkan rusaknya tatanan moral dan pendidikan suatu masyarakat. Kebingungan dalam bidang ilmu berarti rusaknya suatu ilmu pengetahuan (corruption of knowledge). Kebingungan intelektual dan rusaknya ilmu ini juga berarti loss of identity (kehilangan identitas).
Hilangnya identitas seorang saintis muslim ini adalah, hilangnya karakter ilmuan muslim. Yang tidak bisa membedakan lagi sains Islam dan sains Barat-sekuler, dan tidak memperhatikan lagi adab terhadap ilmu pengetahuan. Ilmu atau sains dianggap bebas nilai (free value) yang tidak ada sangkut pautnya dengan agama dan etika. Sains Islam dan sains Barat tidak ada bedanya. Ilmuan seperti ini sudah kehilangan nalar sadarnya bahwa ilmu pengetahuan dibangun berdasarkan sistem nilai atau paradigma seorang sainstis.
Sains modern atau sains Barat terbentuk dari paradigma sekuler. Ilmuan Barat modern membangun dan mengembangkan sebuah filsafat sains dengan keyakinan dasar bahwa sesuatu itu terwujud dari sesuatu yang lainnya – yang berarti tidak ada campur tangan Tuhan dalam proses pewujudan tersebut. Alam dilihat dari sebuah perpektif bahwa segala sesautu itu bekembang, maju dan berevolusi dengan sendirinya, tidak diciptakan. Paradima sekuler ini menolak realita keberadaan Tuhan sebagai pihak yang ikut mencampuri proses perkembangan dan kemajuan alam. Pendekatan yang digunakan adalah rasionalisme filosofis dan empirisisme. Yakni pengetahuannya bersandar pada akal murni tanpa bantuan pengalaman atau persepsi inderawi dan seluruh ilmu adalah fakta yang dapat diamati, logis dan dapat dianalisis bahasa. Menolak otoritas wahyu dan agama sebagai sumber ilmu pengetahuan yang benar . Keyakinan dasar ini secara diametral bertolak belakang dengan tradisi sains Islam.
Sains Islami tidaklah lahir dari kecuali dari ilmuan yang berpandangan hidup Islam, atau ilmuan yang beradab. Gagasan ta’dib al-Attas adalah ingin mencetak ilmuan yang beradab. Manusia beradab sebagaimana diterangkan di atas adalah manusia yang menerapkan adab dalam setiap asepk. Adab terhadap Tuhan, diri sendiri, lingkungan sosial, hubungan antar sesama manusia, bahasa, alam, dan ilmu . Adab kepada ilmu, akan berpengaruh besar terhadapa adab kepada objek-objek yang lainnya. Menurut al-Attas intelektual yang beradab kepada ilmu akan mengenal dan mengakui bahwa seorang berilmu kedudukannya lebih luhur dan mulia dan ilmu-ilmu fardlu ‘ain dan syari’ah harus dikuasai terlebih dahulu sebelum ilmu-ilmu yang lainnya. Adab seperti ini akan menghasilkan metode yang tepat dalam memeperoleh ilmu, serta menerapakan sains dalam pelbagai bidang dengan benar .
Ilmu yang benar diperoleh dengan cara yang benar hendaknya digunakan secara tepat. Penerapan yang tepat ini akan berimplikasi positif terhadap perlakuan ilmuan terhadap dirinya, lingkungan sosial, hubungan antar sesama manusia, dan kepada Tuhannya, atau terhadapa aspek-aspek lainnya. Di sinilah peran ilmuan yang beradab sangat diperlukan. Ilmuan beradab diibaratkan seorang dokter yang ahli dalam mengidentifikasi penyakit.
Dengan bekal dasar worldview Islam serta penguasan komprehensif terhadap konsep-konsep dasar Islam, ilmuan beradab dengan mudah mendeteksi problem yang menghinggapi sebuah ilmu. Seoarang ilmuan muslim beradab mengajarkan dan mempelajari ilmu secara benar dan proporsional. Seorang guru Biologi yang yang beradab memiliki daya nalar kritis yang benar ketika menyampaikan materi teori Darwin kepada siswanya. Bahwa, teori tersebut tidak dibentuk atas dasar keimanan kepada Tuhan. Sehingga dalam temuan teorinya, peran Tuhan ‘dipensiunkan’ yang berarti bertolak belakang dengan nas-nas al-Qur’an. Atau dalam studi al-Qur’an, ilmuan beradab, pasti akan menolak penyamaan hermeneutika dan ta’wil. Karena secara konseptual dan asas terbentuknya teori tersebut sama sekali jauh berbeda. Penyaamaan ta’wil dan tafsir dengan hermeneutika berarti menyamakan teks al-Qur’an dengan teks-teks manusiawi biasa yang tidak memiliki nilai kesucian.
Karena jiwa ilmuan terselimuti oleh adab dan konsep-konsep dasar Islam, maka dalam tradisi ilmu pengetahuan Islam tidak akan ditemuakan penyalahgunaan ilmu untuk tujuan pragmatis, materialis atau tujuan-tujuan lain untuk memuaskan nafsu manusia. Sebab, dalam tradisi Islam, semua ilmu baik ilmu syari’at atau ilmu-ilmu alam dipelajari dalam rangka pengabdian yang tinggi kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan meraih kebahagian sejati. Temuan nuklir contohnya tidak akan digunakan memusnahkan bangsa lain untuk tujuan perluasan daerah kekuasaan. Seorang ahli kedokteran Islam juga tidak akan menggunakan cara-cara haram atau pengobatan yang merugikan.

Penutup dan Kesimpulan
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep ta’dib sebagai konsep pendidikan Islam yang digagas Syed Muhammad Naquib Al-Attas adalah perangkat dasar dalam proyek Islamisasi Ilmu pengetahuan. Islamisasi ilmu yang diproyekkan al-Attas adalah pengislaman ilmu-ilmu yang dianggap sekuler. Proyek ini hanya bisa dilakukan oleh ilmuan-ilmuan muslim yang berpandangan hidup Islam dan memiliki dasar-dasar keilmuan Islam yang kuat. Sebab, yang diislamkan dalam proyek ini adalah basis filosofis, yang merupakan elemen dasar sebuah ilmu. Yakni mengeluarkan penafsiran ilmu dari ideologi, makna dan ungkapan sekuler. Konsep ta’dib al-Attas dalam rangka untuk mencapai tujuan tersebut.
Maka, gagasan al-Attas tentang konsep ta’dib di dunia kontemporer saat ini adalah suatu hal yang perlu disambut positif. Sebab, dunia pendidikan Islam kita belum menemukan bentuk yang ideal untuk mencetak generasi ilmuan muslim unggul yang bisa berbuat banyak dalam kancah dunia. Apalagi, ilmu-ilmu yang terwesternized menjadi konsumsi publik dunia perlu diislamkan demi menegakkan peradaban Islam yang bermartabat. Dunia pendidikan Islam, sudah saatnya mengkonsentrasikan diri untuk membentuk manusia-manusia yang beradab. Itu hanya bisa dilakukan jika dunia pendidikan mengajarkan ilmu yang benar secara integratif.
Gagasan al-Attas tersebut merupakan ide besar yang perlu dikembangkan secara lebih luas lagi. Perwujudan ide al-Attas lebih difokuskan dalam dunia perguruan tinggi dengan mendirikan ISTAC (International Institute of Islamic Thought and Civilization), adalah satu usaha. Konsep ta’dib al-Attas memprioritaskan pada pendidikan tinggi. Oleh karena itu, ada baiknya upaya pengembangan gagasan tersebut menurut penulis perlu dikembangkan lagi dengan memperlebar fokus, yakni menciptakan formula konsep ta’dib untuk tingkat pendidikan dasar atau menengah. Sebab, akan lebih baik bila penerapan pendidikan berpandangan hidup Islam itu diterapkan sejak sebelum perguruan tinggi. Hal itu bisa dilakukan dengan penguasaan konsep-konsep dasar Islam yang kemudian diintegrasikan ke dalam tiap mata pelajaran sekolah. Wallahu A’lam bisshowab.

DAFTAR PUSTAKA
Abu Hamid Muhammad bin Muhamma al-Thusi al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin Mujallad I,(Beirut: Dar Kutub al-Ilmiyah)
Alparslan Acikgenc, Islam Science Towards a Devinition (Kuala Lumpur: ISTAC: 1996)
Anis Malik Thoha, Tren Pluralisme Agama, Tinjauan Kritis (Jakarta: Perspektif, 2005)
Armahdedi Mahzar, Merumuskan Paradigma Sains dan Teknologi Islami, Revolusi Integralisme Islam (Bandung: Mizan, 2004)
Hasyim Asy’ari, Adabu al-Alim wa al-Muta’allim (Jombang: Maktabah Turats Islamiy, 1415 H)
Ibnu Mandzur, Lisanul Arab (Beirut: Dar Shadir, tanpa tahun)
Ibrahim Mustofa (dkk), al-Mu’jam al-WasithI bab adab (Istanbul: al-Maktaba al-Islamiyah, 1380 H/1960 M)
Kemas Badaruddin,Filsafat Pendidikan, Analisis Pemikiran Syed M.N. Al-Attas (Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2009)
Syarif al-Jurjani, Kitab Ta’rifaat (Beirut: Maktabah Lubnaniyah, 1995)
Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Islam, Secularism and the Philosophy of the Future (London-New York: Mansell Publishing Limited, 1985)
____________________________, Islam and Secularism (Kuala Lumpur: ISTAC, 1993)
____________________________, Islam dan Filsafat Sains (terj) (Bandung: Mizan,1995)
____________________________, Konsep Pendidikan dalam Islam: Suatu Kerangka Pikir Pembinaan Filsafat Pendidikan Islam (terj) (Bandung: Mizan,1987)
_________________________, Risalah Untuk Kaum Muslimin (Kuala Lumpur: ISTAC,2001)
_________________________,Prolegomena to the Metafhysics of Islam an Exposition of the Fundamental Element of the Worldview Islam (Kuala Lumpur:ISTAC, 1995)
Thomas S. Kuhn, The Structure of Scientific Revolutions Peran Paradigma Dalam Revolusi Sains (terj),(Bandung: Rosdakarya, 2005 cet kelima)
Wan Mohd Nor Wan Daud, Filsafat Praktik Pendidikan Islam Syed M.N. al-Attas (terj) (Bandung: Mizan,2003)
Islam and Science, Journal of Islamic Perspektif on Science Vol. I December 2003 No. 2
Jurnal Pemikiran dan Peradaban Islam ISLAMIA Thn I No 6, Juli-September 2005
CD Programme Maushu’ al-Hadis al-Syarif
http://id.wikipedia.org/wiki/Dualisme

oleh : kholili hasib

Rabu, 18 Februari 2009

"The Logical of Simple-Kebenaran Islam Menurut Mantan Pendeta"

Yang kubaca, buku ini adalah cetakan pertama. Tebalnya 320 halaman,

termasuk lembar catatan di belakang. Halaman covernya cukup bagus,

judulnya pun dicetak dengan cetak timbul. Berawal dari seorang teman

yang meminjamkan buku ini padaku. "Coba baca deh, isinya bagus .. ."



Sepintas aku lihat-lihat, buku ini khas dengan gaya bicara seorang

pendeta. Meletup-letup, bersemangat, bahkan aku bisa bayangkan sang

penulis sedang memberikan ceramahnya di depanku sambil

mengacung-acungkan tangannya (seperti pak SBY), Cuma bedanya dari SBY

sang penulis melakukannya dengan nada suara bersemangat dan

meledak-ledak. Kira-kira seperti orang orasi.



Ada 7 bab dalam pembahasan ini. Yang terus terang, ini adalah

sebenar-benarnya buku yang pernah kubaca dan mampu "menelanjangi" konsep

keimanan kristen. Bukan dengan membenturkannya dengan Islam, tapi

membenturkannya dengan ayat-ayat kitab sucinya sendiri (bibel). Aneh,

begitu banyak kontradiksi dalam kitab suci Injil ini (atau setidaknya,

kitab suci yang orang-orang "anggap" sebagai injil). Ada yang bilang,

ini bukan injil. Injil yang asli bukan seperti ini. Tapi pada faktanya,

kitab ini tetap dikenal sebagai injil. Meskipun, seperti yang kubilang

tadi banyak pertentangan, keanehan, ketidaklogisan dari kitab ini.



Konsep ketuhanan Kristen

"Benarkah Kristen ini adalah kelanjutan dari agama Yahudi?" Kalau

ditilik dari sejarah peristiwa pen-Tuhan-an Yesus, maka pikiran kita

pasti akan kembali pada peristiwa penyaliban yang dilakukan oleh Romawi

kala itu. Ketika muncul pertanyaan itu, jawabnya harusnya sederhana, ya

.. atau tidak.



Jika Iya, bukankah seharusnya orang Arab dan Bani Israel memeluk

Kristen? Peristiwa tentang penyaliban Yesus ini terjadi di daerah Timur

Tengah. Bahkan dijelaskan di dalam alkitab, peristiwa penyaliban

tersebut sangatlah menggetarkan hati siapa saja yang melihat dan

merasakannya. Dalam alkitab dikatakan bahwa ketika Yesus disalib maka

tanah terbelah, gempa bumi, dan orang-orang mati bangkit (Lukas 23 :

44-49).



Logikanya sederhana, sekeras hati siapapun ketika sudah melihat dan

merasakan peristiwa ini pasti akan beriman. Peristiwa ini terjadi di

Yerusalem di negeri Yahudi. Jadi, seharusnya imannya orang Yahudi dan

orang Kristen dewasa ini pasti akan sama. Namun pada faktanya, Kristen

menuhankan Yesus dan Yahudi meng-Allahkan Yahwe, bukan Yesus.



Jika memang benar kata alkitab, bahwa dunia dan seisinya diciptakan oleh

Tuhan hanya dengar firman-Nya, apakah kemudian Tuhan kehilangan

kekuatannya sehingga untuk menyelamatkan manusia saja Dia harus turun ke

bumi, disalib, dan mati terlebih dahulu untuk menyelamatkan manusia?



Inti dari ajaran Kristen adalah "penyelamatan" yang dilakukan oleh Tuhan

Yesus kepada umat manusia. Sehingga premis "Yesus mati dahulu, barulah

tiba penyelamatan kepada semua manusia" adalah harga mati bagi keimanan

Kristen (Korintus 5:15, Roma 10:9, dsb; lihat Hal 34). Jika peristiwa

penyaliban Yesus sebagai akar keimanan Kristen terbantahkan, maka

gugurlah batang dan daun keimanan Kristen dan agama Kristen dewasa ini.



Inti dari keimanan Kristen adalah "percaya saja!" maka akan selamat.

Yesus adalah juru selamat bagi dunia (Yohanes 3:16, Yohanes 14:6, Markus

16:16, dsb). Yang terjadi adalah dogmatika atas nama Agama. Logika

tertutup dan akal-budi manusia ditekan. Karena, begitu mudahnya

menemukan kontradiksi antara satu ayat dengan ayat injil lainnya jika

dogma telah terdobrak dan logika terbuka.



Jika ditilik lebih dalam, ayat-ayat tentang pen-Tuhan-an Yesus dan

seputar penyaliban Yesus ini berasal dari Paulus (yang dianggap sebagai

Rasul Kristen). Bahkan 99% ayat tentang pen-Tuhan-an Yesus berasal dari

Paulus. Siapakah Paulus?



Siapakah Paulus?

Boleh dibilang Paulus adalah tokoh paling terkenal dalam dunia Kristen.

Bahkan konon Michael Hart, pengarang buku 100 orang paling berpengaruh

di dunia, cukup ragu-ragu untuk meletakkan Paulus di bawah Yesus,

mengingat begitu berpengaruhnya ajaran Paulus dibanding Yesus. Aneh

bukan?



Semua orang penganut Kristen pasti mengenal Paulus. Karena dalam ajaran

Kristen, Paulus adalah rasul yang cerdas, pintar, sabar, dan tegas. Yang

entah bagaimana, tiba-tiba dia berubah menjadi seorang yang baik hati

setelah sebelumnya dia dikenal sebagai pembunuh dan penjahat. Injil

mengatakan bahwa Paulus awalnya adalah penganut Taurat yang fanatik.

"Tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam menaati

hukum Taurat aku tidak bercacat" (FILIPI 3 : 6). Namun di samping itu,

sejak muda Paulus sangat mengagumi budaya Yunani (helenisme) terutama

pelajaran filsafatnya. Sehingga dalam dirinya muncul dua pengaruh yang

sangat kuat ini, penganut taurat dan pengaruh filsafat helenisme.



Paulus sediri bukan orang Yerusalem dan bukan orang Nazareth, sehingga

hal ini membuktikan bahwa sejak muda Paulus tidak pernah berhubungan

secara langsung dengan Isa A.S. Dia bukanlah murid nabi 'Isa dan bukan

pula pengikutnya baik di Yerusalem dan di Nazareth.



Dengan demikian, wajar jika terjadi perbedaan yang sangat kontradiktif

antara ajaran Paulus dan 'Isa AS. Salah satunya tentang dosa warisan.

'Isa tidak pernah membicarakan sama sekali tentang dosa warisan,

sebaliknya ini adalah ajaran Paulus. "Sebab itu, sama seperti dosa telah

masuk ke dalam dunia oleh satu orang dan oleh dosa itu juga maut.

Demikianlan maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semu

orang telah berdosa" (ROMA 5 : 12). Contoh lain adalah tentang konsep

pengampunan. 'Isa mengajarkan pengampunan dari Tuhan bagi orang yang

bertobat melalui ucapan, sikap, dan perbuatan. Sedangkan Paulus

mengajarkan pengampunan Tuhan atas dosa-dosa manusia semata-mata karena

pengorbanan atau penyaliban Yesus Kristus di kayu salib. Dsb.



Jika demikian, jika Paulus tidak pernah menjadi murid Yesus, jika

predikat "Rasul" adalah sesuatu yang tak pantas bagi Paulus, apakah

tidak ada satu orang pun yang mempertanyakan? Ternyata tidak. Injil pun

memuat peristiwa ini ketika orang-orang Korintus menanyakan perihal ini

kepadanya sehingga membuat Paulus semakin terdesak. Dalam Korintus 9 : 1

- 3 dikatakan :

1. "Bukankah aku Rasul? Bukankah aku orang bebas? Bukankah aku telah

melihat Yesus, Tuhan kita? Bukankah kamu adalah buah pekerjaanku di

dalam Tuhan?"

2. "Sekalipun bagi orang lain aku bukanlah Rasul, tetapi bagi kamu aku

adalah Rasul, sebab hidupmu dalam Tuhan adalah materai dari kerasulanku"

3. "Inilah pembelaanku terhadap mereka yang mengkritik aku".



"Bukankah aku Rasul? .... " dari ayat ini saja kita sudah tahu bahwa

Paulus bukanlah seorang Rasul. Jika dia benar-benar Rasul, maka kalimat

ini seharusnya tidak boleh terucap dari mulutnya, sebab secara

psikologis dan filosofis makna kalimat ini menunjukkan kesombongan

sekaligus perasaan khawatir bahwa rahasianya sebagai Rasul palsu akan

terbongkar.



Dari 27 kitab perjanjian baru Kristen, 14 kitab di antaranya adalah

surat Paulus. Rasul palsu itu. Sementara itu, seluruh kitab dalam

perjanjian baru, adalah karangan. Ada karangan Markus, Matius, Lukas,

Yohanes, dll.



Jadi, setelah semua penjelasan di atas, menurut kita bagaimana kebenaran

kitab Injil sekarang? Tentu tidak logis, dan maksa banget kalau ada yang

mengatakan Injil berasal dari Tuhan.



Konsep Trinitas, dari siapa?

Sesungguhnya konsep Trinitas bukanlah konsep yang diajarkan oleh Yesus /

'Isa AS. Konsep 'Isa adalah tauhid (pengesaan). Adapun konsep trinitas

ada dan diperkenalkan oleh Paulus. Perdebatan antara pendukung tauhid /

unitarianisme dengan pendukung trinitas tidak kunjung henti. Bahkan

diwarnai dengan pertumpahan darah pada abad I sampai abad ke IV.



Sehingga sejarah mencatat, pada tahun 325 Masehi, Kaisar Romawi

Konstantin mengundang para pendeta dari berbagai penjuru untuk berkumpul

di Nicea (Italia) dalam sebuah kongres. Kongres ini bertujuan untuk

menentukan ajaran mana yang akan dipegang dan dipertahankan. Apakah

tauhid atau trinitas.



Setelah lama bersidang, di antara 2.048 pendeta yang hadir, 318 pendeta

sepakat menerima ajaran Paulus (trinitas) dan 1.730 lainnya tetap

berpegang pada ajaran Tauhid 'Isa. Dengan demikian, seharusnya

tauhid-lah ajaran yang diakui dan dipegang. Namun karena Konstantin

sendiri adalah penganut paganisme, maka tak heran, meskipun harus

bertentangan dengan keputusan kongres, Konstantin men-dekrit-kan ke

seluruh dunia Kristen bahwa trinitas-lah yang harus dipegang. Inilah

tragedi dalam kepercayaan Nasrani yang amat menyedihkan. Sejak keputusan

itu, tokoh-tokoh Kristen yang masih mempertahankan ajaran unitarian

ditangkap, disiksa, dibunuh karena dianggap golongan sesat. Ketika

Rasulullah datang dan menyatakan diri sebagai utusan Allah, yang

meneruskan misi Nabi Musa dan 'Isa, mereka memeluk Islam secara massal.

Di antaranya adalah raja Habasyah/Ethiopia dan rakyatnya.



Dalam masa pasca kongres Nicea itu pula, ditetapkan :

1. Hari kelahiran Dewa Matahari dijadikan hari sabat Kristen, yaitu hari Minggu.

2. Tanggal kelahiran anak Dewa Matahari, 25 Desember, dijadikan hari kelahiran Yesus.

3. Lambang Dewa Matahari, silang cahaya (salib), menjadi lambang Kristen.



Padahal aslinya, tidak ada yang tahu pasti kapan Yesus lahir.



Demikianlah, aqidah Kristen ini dibangun. Atas dasar imajinasi dan

doktrin yang terus menerus dihembuskan kepada para pengikutnya. Karena

tanpa itu, akan mudah sekali meragukan kebenaran ajaran Kristen lalu

keluar dari Kristen, mengingat sejarah lahirnya Kristen yang suram,

sesuram masa depannya.



Allah SWT, berfirman :

"Sesungguhnya kamu akan menjumpai orang-orang yang paling memusuhi

orang-orang yang beriman, yaitu Yahudi dan orang-orang musyrik

(trinitianisme, paganisme, dan serupanya). Dan sesungguhnya kamu akan

menjumpai orang yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang

yang beriman yaitu orang yang berkata : "Kami adalah orang-orang

Nasrani". Yang demikian itu, disebabkan di antara mereka itu

(orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga)

mereka tidak menyombongkan diri. Dan apabila mereka mendengarkan apa

yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu melihat mata mereka

mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al-Qur'an) yang telah mereka

ketahui (dari kitab mereka sendiri) seraya berkata : "Ya Tuhan kami,

kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi

saksi (atas kebenaran Al-Qur'an dan kenabian Muhammad)"." (Q.S Al-Maidah

: 82-83)



Demikian resume sederhana terhadap buku yang luar biasa ini. Masih

banyak ilmu yang terkandung dalam buku tersebut jika kita membacanya

sendiri dengan penuh perhatian. Semoga buku ini menjadi amal sholeh bagi

penulisnya, dan penambah timbangan amal baik bagi penulis dan

pembacanya. Semoga dengan ini akan membuka cakrawala berpikir bagi

orang-orang yang mau berpikir tentang kebenaran Islam.



Siapakah Yahya Waloni?

embraced to Islam in October 11 2006.

He got a Master degree in 2000 and than holds a Phillosophy Doctor

degree from Oikumene Theologic Institute of Manado in 2004.

Before being a muslim he was a former GKI (Indonesian Christian Church)

priest /minister at Raja ampat, Sorong kepulauan, West Papua. He was

also the head /rector of Eben Haezer CALVINIS THEOLOGIC COLLEGE of

Sorong (later known as UKIP) from 1997 untill

Selasa, 27 Januari 2009

SAHABAT NASRANIKU YANG TERCINTA

(selayakya bagi kaum yg berpikir melihat kebenaran )

Tulisan ini bukan ditujukkan untuk mendiskreditkan keyakinan pemeluk lain, akan tetapi mengajak siapapun setiap manusia untuk mempertanggungjawab kan pemberian Tuhan berupa akal pikiran yang wajib digunakan untuk terus mencari kebenaran dan kebaikan.. Yakinilah, kebenaran sejati hanya berpulang kepada Dzat Tuhan yang maha tinggi. Dan Tuhan telah menggelar tanda-tanda kebenarannya pada berbagai lembar kitab suci, bahkan pada sehelai daun yang gugur sekalipun…


Kepada kawan, sahabat dan yang terkasih kaum Nasrani. Kami tidak bermaksud menyakiti, justru kami bermaksud menyayangi, mengajakmu mendekap TUHAN SEJATI…TUHAN YANG BETUL- BETUL DIAMANATKAN KEPADA PARA NABI UNTUK DISEMBAH, KARENA DIALAH SATU-SATUNYA TUHAN SEJATI DI MUKA BUMI….

Pantaskah seekor katak yang berkata kepada anak-anaknya bahwa dialah mahkluk terbesar di muka bumi, padahal dia berdiam hanya dalam tempurung saja..??. Tuhan menyuruh kita untuk terus menjelajah.. Tuhan dalam Alquran menantang setiap manusia menggunakan akalnya, rasionalitasnya, logikanya dan kekuatan nalarnya dalam UNGKAPAN AYAT '" AFALAA TATADABBARUUN, AFALAA TA'QILUUN, AFALAA TATAFAKKARUUN… .artinya ; TIDAKKAH KALIAN MERENUNG, TIDAKKAH KALIAN BERAKAL, DAN TIDAKKAH KALIAN BERPIKIR YANG MENDALAM ???

Karena itu gunakan akal pikiran, open minded dan RENUNGKAN DENGAN HATI BENING! yakinkah akan apa yang pernah kita yakini? Sudah benarkah apa yang telah kita dengar dan kita baca ?

1. Yesus Hanya Mengaku Utusan Tuhan ( Messenger and not God )

Yohanes 5:30 "aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diriku sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang aku dengar, dan penghakiman- Ku adil, sebab aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku".

Lukas 10:16 "Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barang siapa menolak kamu, ia menolak Aku,; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku."

Markus 9:37 " Siapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Dan barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku."

Matius 10:40 "Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut Aku, dan barang siapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku ".

NOTE: Keempat injil semuanya menulis pengakuan Yesus bahwa dia itu hanya seorang utusan Tuhan atau Rasul Tuhan. Bahkan masih banyak ayat-ayat lain di dalam Alkitab itu sendiri, di mana Yesus mengaku bahwa dia hanya sebagai seorang utusan Tuhan. Yesus mengaku dengan jujur dan polos, bahwa dia hanyalah seorang utusan Tuhan, Rasul Tuhan.

Lebih jelas lagi ayat berikut :

Mat 13:57 Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: "Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan dirumahnya." (Mat 21:11, Mar 6:4, Luk 4:24, Luk 3:33, Yoh 4:44)

DENGAN GAMBLANG YESUS MENGATAKAN BAHWA DIA ADALAH NABI..

Coba simak ayat berikut :

Yoh 50:30 "Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman- Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku".

Catatan: Jika Yesus itu Tuhan, sangat tidak masuk di akal sehat, Tuhan tidak bisa berbuat apa-apa dari dan pada diri-Nya sendiri. Sungguh kita telah merendahkan apa yang selama ini kita sebut Tuhan. Padahal Allah dalam Alquran berkuasa atas segala hal ( Innallaha 'Alaa Kulli Syaiin Qadiir, artinya sesungguhnya Allah SWT, berkuasa atas segala sesuatu )

Lalu renungkan ayat berikut ini :
Injil Markus 12:29."Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa."

Dari ayat itu jelas Yesus mengajarkan dia bukan tuhan dan malah bertuhan kepada ALLAH YANG ESA. Layakkah Tuhan menuhankan yang lain?

Sebagaimana Alquran menyatakan dalam surat Al-ikhlas:

" Katakan wahai Muhammad, Allah itu Esa ( One and Only ), Hanya Allah tempat semua mahluk bergantung pada-Nya. Allah tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan Tidak ada satupun di muka bumi ini serupa dengan-Nya( Baik rupa maupun kekuasaanya ) "

Dari perbandingan ayat Injil dan Alquran di atas, TERANGLAH bahwa Yesus dan Rasul Muhammad membawa TITAH AGUNG yang sama dari Allah, yaitu KETAUHIDAN bahwa Allah itu Esa, Satu dan bukan satu dari yang tiga atau dari yang lainnya. Tapi Allah is the one and only…RENUNGKANLAH…….

Kemudian di ayat Injil yang lain :
Lukas 6:12," "Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman ia berdoa kepada Allah."
Makin jelaslah, bahwa Yesus bukan Tuhan, bahkan bukan Juruselamat dan bukan penebus dosa. Sebab, Yesus sendiri berdoa kepada Allah. Dalam Lukas 22:42 dan Matius 6:13 Yesus meminta keselamatan kepada Allah. Jika Yesus Tuhan dan Juru selamat, seharusnya ia tak minta keselamatan pada siapapun bukan ? Hanya seorang hambalah yang memohon dan berdoa kepada TUHAN ! Seperti halnya Nabi Muhammad dan para Nabi lainnya yang senantiasa berdoa
Di Alkitab memang ada ayat yang menyatakan, Yesus mati dan hidup kembali supaya menjadi Tuhan. TAPI ITU SAMA SEKALI BUKAN SABDA YESUS. Silakan baca kitab Roma 14:9." Sebab untuk itulah Kristus telah mati dan hidup kembali, supaya Ia menjadi Tuhan, baik atas orang-orang mati, maupun atas orang-orang hidup."
Kemudian di ayat yang lain :

(Roma 10 : 9)"Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan." (Roma 10 : 9)
"Ayat inilah yang jadi landasan bahwa Yesus adalah Tuhan. Dan ayat ini seolah ayat emas. TAPI KETAHUILAH ! ( Semua pun tahu sebenarnya ) bahwa ini SAMA SEKALI BUKAN SABDA YESUS, melainkan TULISAN PAULUS pada jemaatnya di Roma. Ayat ini bertentangan dengan sabda Yesus dan firman Allah. Coba baca firman Allah dalam kitab Ulangan 4:35-39,"
"Engkau diberi melihatnya untuk mengetahui, bahwa Tuhanlah Allah, tidak ada yang lain kecuali Dia..... Sebab itu ketahuilah pada hari ini dan camkanlah, bahwa Tuhanlah Allah yang di langit di atas dan di bumi di bawah, tidak ada yang lain."

Kalau Paulus mengajarkan Bahwa Yesus Tuhan, Sementara YESUS sendiri mengajarkan Yesus bukan Tuhan melainkan Hanya Allah yang Tuhan, MAKA AJARAN SIAPA YANG DIIKUTI ?? KALAU YESUS YANG KITA IKUTI, MENGAPA KITA TIDAK MENGIKUTI AJARANNYA YANG SUDAH SANGAT JELAS? MENGAPA KITA JUSTRU MENGIKUTI TULISAN PAULUS YANG PATUT KITA PERTANYAKAN ?? KITAKAH YANG SALAH KARENA TIDAK MAU KRITIS ? ATAU PAULUSKAH YANG TERLALU CERDIK MENAMBAHI SETIAP BAIT ALKITAB MELALUI TULISANNYA SEHINGGA KITA TIDAK SADAR? ATAU JANGAN – JANGAN KITA SUDAH TIDAK LAGI PEDULI AKAN KEBENARAN TENTANG TUHAN ?? UNTUK ITU KITA LAYAK UNTUK MERENUNG…..

Di dalam Al Qur'an yang Allah wahyukan kembali kepada Rasul Muhammad Saw, Yesus (nabi Isa as) juga mengatakan bahwa dia hanyalah seorang utusan Tuhan atau rasul Tuhan, bahkan hanya untuk bani Israil saja , bukan untuk seluruh dunia. Allah menyatakan dalam Alquran sebagai berikut :

Surat 3 Ali Imran ayat 48-49

48. wayu'allimuhu (a)lkitaaba wa(a)lhikmata wa(al)ttawraata wa(a)l-injiil( a) 49. warasuulan ilaa banii israa-iila annii qad ji/tukum bi-aayatin min rabbikum annii akhluqu lakum mina (al)ththhiini kahay-ati (al)ththhayri fa-anfukhu fiihi fayakuunu thayran bi-idzni (al)laahi waubri-u (a)l-akmaha wa(a)l-abrasha wauhyii (a)lmawtaa bi-idzni (al)laahi wa-unabbi-ukum bimaa ta/kuluuna wamaa taddakhiruuna fii buyuutikum inna fii dzaalika laaayatan lakum in kuntum mu/miniin(a)

Artinya : 48. Dan Allah akan mengajarkan kepadanya ( Isa AS ) Al Kitab[196], Hikmah, Taurat dan Injil. 49. Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israil (yang Isa berkata kepada mereka): "Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman..

SURAT 43 Az Zukhruf ayat 59

59. in huwa illaa 'abdun an'amnaa 'alayhi waja'alnaahu matsalan libanii israa-iil(a)

Artinya: 59. Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani lsrail[1363]

SURAT 61 Ash Shaff ayat 6

6. wa-idz qaala 'iisaa ibnu maryama yaa banii israa-iila innii rasuulu (al)laahi ilaykum mushaddiqan limaa bayna yadayya mina (al)ttawraati wamubasysyiran birasuulin ya/tii min ba'dii ismuhu ahmadu falammaa jaa-ahum bi(a)lbayyinaati qaaluu haadzaa sihrun mubiin(un)

Artinya: 6. Dan (ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)." Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata."

RENUNGAN HATI !:

Jika umat Islam menjadikan Yesus hanya sebagai utusan Tuhan atau rasul Tuhan, itu bukanlah sebagai suatu penghinaan, melainkan sebagaimana berdasar kepada pengakuan dan ajaran Yesus yang tertulis dalam Alkitab, dan sebagaimana ALLAH SWT juga mengajarkan dalam Alquran melalui Muhammad. Sementara semua umat Nasrani menjadikan Yesus sebagai Tuhan yang disembah. Ini membuktikan bahwa umat Islamlah yang mematuhi ajaran ketauhidan Yesus dan nabi-nabi terdahulu. Lalu SEJUJURNYA UMAT KRISTIANI SEKARANG MENGIKUTI AJARAN SIAPA ?? KALAU MENGIKUTI YESUS, SEHARUSNYA KITA BERTEOLOGI DAN BERKEYAKINAN SEPERTI YANG DIAJARKAN YESUS DAN BUKAN SEPERTI YANG DIAJARKAN PAULUS. KARENA TOLOGI MERUPAKAN HAL POKOK DAN PRINSIP..JIKALAU UNTUK HAL YANG SANGAT FUNDAMENTAL KITA ACUH TAK PEDULI, BAGAIMANA DENGAN AJARAN – AJARAN DERIVASI LAINNYA?? RENUNGKANLAH WAHAI KAWAN !!! MARILAH KITA BERSAMA – SAMA BERGANDENG TANGAN DALAM DAMAI DAN KEBENARAN. TIDAK PERNAH ADA KATA TERLAMBAT SEBELUM AKHIR MENUTUP ZAMAN……SEMOGA…

BUKANKAH YESUS MENGATAKAN (Yohanes 14 : 6): "Kata Yesus kepadanya : "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." (Yohanes 14 : 6)

Ayat di atas jelas mengajarkan bahwa yang harus kita ikuti adalah YESUS dan bukan PAULUS…karena hanya melalui Yesuslah saat itu satu-satunya jalan untuk menemukan kebenaran Tuhan..YESUS sudah mengatakan pada keempat injil di atas bahwa dia (Yesus ) hanyalah utusan Tuhan Allah yang Esa, jadi dia (yesus ) bukan tuhan dan tidak pernah mengaku Tuhan..Hanya PAULUSlah yang MENGKERAMATKAN YESUS sebagai Tuhan melalui tulisan-tulisannya yang dia kirim ke berbagai wilayah dan jemaat..Motivasi PAULUS yang menulis dan meyakinkan jemaat akan peristiwa salib dan kebangkitan patut kita kritisi..!

Sejalan dengan ayat Yohannes di atas, Alquran menyatakan :

" Katakan wahai Muhammad ! Jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah ajaranku ( Ajaran Muhammad ), maka Allah akan mencintai kalian dan mengampuni segala dosa-dosa kalian, dan Allah maha pengampun lagi maha penyayang "

Dua ayat ( Injil & Alquran ) yang lagi-lagi memiliki kesamaan ajaran. Ayat dari injil mengajarkan untuk mengikuti jalan dan ajaran Yesus. Dan Yesus sudah mewartakan ketauhidan bahwa Allah itu satu. Pun ayat dari Alquran mengajarkan untuk mengikuti ajaran Muhammad tentang keesaan Tuhan sebagaimana ajaran nabi – nabi terdahulu. Memang, betapa tidak mudah menauhidkan Tuhan. Sudah berapa banyak nabi – nabi dan utusan terdahulu yang dibunuh akibat keengganan manusia Bertauhid meyakini Tuhan itu satu. Itu semua merupakan sejarah kita manusia yang sangat kelam sekaligus buram…

Rasul Muhammad mengajarkan kepada ummatnya :

"Apabila ada Ahli Kitab (Yahudi dan Nashara) berbicara kepadamu, maka janganlah kamu benarkan semuanya dan jangan pula kamu dustakan semuanya. Tetapi katakanlah kami beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami, dan kami beriman kepada apa yang diturunkan sebelumnya. Apabila yang dikatakannya benar, maka janganlah kamu mendustakannya. Tetapi apabila yang dikatakannya itu bathil (bukan berasal dari Allah), maka janganlah kamu benarkan." (HR Muslim,Abu Dawud dan Tirmidzi).

Hadits tersebut memberikan makna kepada kaum muslimin, bahwa Alkitab (Bible) sudah tidak murni lagi. Sudah bercampur antara yang haq ( Firman Allah ) dengan yang bathil. ( catatan manusia ). Oleh sebab itu apa saja yang disampaikan oleh Yahudi dan Nasrani, jika tidak bertentangan dengan Al Qur'an dan Hadits, kita terima. Tetapi bila bertentangan, kita tolak.
Islam Tentang Isa dan Maryam


Islam dengan tegas menolak semua tuduhan yang tidak benar mengenai Maryam dan putranya. Islam bahkan menjunjung tinggi keduanya. Marilah kita telaah penjelasan Allah SWT dalam Al Qur'an:

"Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al Qur'an, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur, maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu kami mengutus ruh kami (Jibril) kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna. Maryam berkata; Sesungguhnya aku berlindung daripadamu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang bertaqwa. Ia (Jibril) berkata: Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci. Maryam berkata: Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorangpun manusia menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina. Jibril berkata: Demikianlah, Tuhanmu berfirman: Hal itu mudah bagiKu; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan. Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ketempat yang jauh. " ( Maryam/19:16- 22 )

"Dan ( ingatlah ) ketika Malaikat (jibril) berkata: Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu)." (Ali Imron/3-42)

"Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat munkar. Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina. Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan? Berkata Isa: Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku Nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali. Itulah Isa putra Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya. Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya: Jadilah, maka jadi ia. Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu, maka sembahlah Dia oleh kamu sekalian. Ini adalah jalan yang lurus." (Maryam/19:27- 36).



2. Tentang Mengkafani Jenasah

Markus 15:46 : "Yusuf pun membeli kain lenan, kemudian ia menurunkan mayat Yesus dari salib dan mengafaninya dengan kain lenan itu. Lalu ia membaringkan Dia di dalam kubur yang digali di dalam bukit batu. Kemudian digulingkannya sebuah batu ke pintu kubur itu"

RENUNGAN HATI: Menurut ayat-ayat Alkitab di atas, fakta ternyata Yesus mati dikafani dan dikuburkan tanpa memakai peti karena Yesus mengajarkan demikian. Tapi mengapa umat Nasrani justru matinya dipakaikan jas, sepatu, dasi dan dihiasi serapih mungkin ( MAKE OVER ) bagaikan seorang yang akan duduk di pelaminan ?. Ketika Yesus MENINGGAL , mayatnya juga disegerakan untuk dikubur walaupun beliau baru meninggal beberapa jam. Tapi umat Kristiani, seringkali mayat itu dibiarkan sampai beberapa hari sambil menunggu keluarganya jauh untuk menengoknya. Lalu SEJUJURNYA, KAUM NASRANI MENGIKUTI AJARAN SIAPA..??. KALAU MENGIKUTI YESUS, MAKA TATACARA KEMATIAN SEHARUSNYA SESUAI YANG YESUS AJARKAN DAN PRAKTEKAN, KARENA ITU TERMASUK AJARAN POKOK DAN SANGAT MENDASAR. TAPI KALAU JAS, DASI DAN MAKE OVER LAINNYA, ITU AJARAN SIAPA SEJUJURNYA ??

Ketahuilah …! Yesus mengajarkan, bahkan beliau sendiri dikafani dengan kain, sebagaimana Umat Islam diajarkan oleh Allah melalui Rasul Muhammad untuk mengkafani jenazah dan menyegerakan menguburnya setelah dimandikan sebelumnya agar suci ketika kembali ke hadirat Ilahi rabbi Tuhan semesta alam. Kecuali bagi orang yang meninggal dalam keadaan mati syahid, dia dikuburkan sesuai pakaian yang dia kenakan waktu itu sebagai penghargaan dari Tuhan atas pengabdian membela ajaran ketauhidan, dan Tuhan berkenan mensucikannya dari segala dosa. Itu semuanya secara detil diajarkan Allah melalui Islam.

1. AJaran Tentang Makanan Haram

Makanan dalam Islam sangat diperhatikan. Bahkan ajaran Rasul – Rasul terdahulu pun mempunyai ajaran mengenai makanan.

Perhatikan Alkitab cetakan lama tahun 1941

Imamat 11:7-8 "Dan lagi babi, karena soenggoehpoen koekoenja terbelah doewa, ija itoe bersiratan koekoenja, tetapi tiada ija memamah bijak, maka haramlah ija kapadamoe. Djangan kamoe makan daripada dagingnja dan djangan poela kamoe mendjamah bangkainja, maka haramlah ija kapadamoe".

Perhatikan juga Alkitab cetakan lama 1991

Imamat11:7-8 "Demikian juga babi, karena memang berkuku belah, yaitu kukunya bersela panjang, tetapi tidak memamah biak, haram itu bagimu".

Kedua ayat berbeda versi tersebut jelas dengan gamblang menyatakan bahwa babi itu haram hukumnya, dilarang untuk memakannya dan najis menyentuh bangkainya. Tapi pada kenyataannya, Umat kristiani justru menghalalkannya, memakannya, memeliharanya bahkan menjadikannya sebagi sumber pendapatan. Padahal jelas – jelas Allah melalui Yesus mengajarkan keharamannya. .LANTAS UMAT NASRANI MENGIKUTI AJARAN SIAPA SEBETULNYA ?? JELASLAH BAHWA UMAT NASRANI TANPA DISADARI TELAH DIBELOKKAN OLEH PAHAM PAULUS DENGAN UCAPANNYA YANG TERKENAL :

Korintus 6:12 "Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apa pun"

DENGAN DEMIKIAN, SIAPAKAH YANG SEBENARNYA KITA IKUTI KAWAN ?? YESUSKAH ATAU PAULUSKAH ???KITA BISA TANYA KEPADA HATI KITA YANG TERDALAM….semua kita tahu, bahwa paham itu ditulis PAULUS dalam surat-suratnya yang ditujukan kepada jemaat di Korintus. Paham PAULUS tentang Halalnya babi, jelas bertolak belakang dengan firman Allah dan ajaran yang dibawa Yesus.

Mungkin kita bimbang, karena kok ada redaksi ayat lain pada Alkitab cetakan baru tahun 1996-2005 ? yang berbunyi :

Imamat 11:7-8 "Demikian juga babi hutan, karena memang berkuku belah, yaitu kukunya bersela panjang, tetapi tidak memamah biak; haram itu bagimu. Daging binatang-binatang itu janganlah kamu makan dan bangkainya janganlah kamu sentuh; haram semuanya itu bagimu".

Ulangan 14:8 "juga babi hutan, karena memang berkuku belah, tetapi tidak memamah biak; haram itu bagimu. Daging binatang-binatang itu janganlah kamu makan dan janganlah kamu terkena bangkainya".

Di sinilah justru AKAL PIKIRAN KITA DIUJI DAN DITANTANG UNTUK KRITIS..KENAPA TERDAPAT REVISI BERUPA TAMBAHAN " HUTAN ' PADA KATA BABI ?? KOK BISA SEBUAH KITAB SUCI DIREVISI, DITAMBAHI ATAU DIKURANGI ??? UNTUK APA DAN MENGAPA ?? APAKAH KITAB SUCI SETARA ARTIKEL SKRIPSI ?? ATAU APAKAH REDAKSI PERTAMA TIDAK SESUAI DENGAN MOOD HATI ?? ATAU APAKAH KARENA TUHAN SALAH TULIS ?? TUHAN SALAH TULIS SANGAT TIDAK MUNGKIN..KALAU DEMIKIAN, SIAPA YANG LANTAS MENAMBAHI ?? HANYA TUHAN YANG TAHU..DAN HANYA HATI BERSIH YANG BISA MERASAKAN….

APAKAH BILA kata BABI DITAMBAH kata "HUTAN" AKAN BERUBAH MENJADI SEEKOR BURUNG MERPATI DAN KEMUDIAN MENJADI HALAL???TETAP SAJA MENJADI BABI BUKAN ???

BARANGKALI YANG MEREVISI MENGANALOGIKAN DENGAN kata "ORANG" BILA DITAMBAHI kata "HUTAN" AKAN BERBEDA ARTI..ORANG DAN ORANG HUTAN. He.he…MAAF, TEPATKAH MAKSUD ANALOGI TERSEBUT ???…Hmmmm..

Sekali lagi resapilah ayat ini :

Korintus 6:12 "Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apa pun"

Lalu bandingkan Alkitab cetakan lama 1991 !

Imamat11:7-8 "Demikian juga babi, karena memang berkuku belah, yaitu kukunya bersela panjang, tetapi tidak memamah biak, haram itu bagimu".

Terus ada perubahan redaksi pada Alkitab cetakan baru tahun 1996-2005

Imamat 11:7-8 "Demikian juga babi hutan, karena memang berkuku belah, yaitu kukunya bersela panjang, tetapi tidak memamah biak; haram itu bagimu. Daging binatang-binatang itu janganlah kamu makan dan bangkainya janganlah kamu sentuh; haram semuanya itu bagimu".

Ulangan 14:8 "juga babi hutan, karena memang berkuku belah, tetapi tidak memamah biak; haram itu bagimu. Daging binatang-binatang itu janganlah kamu makan dan janganlah kamu terkena bangkainya".

RENUNGAN DIRI :

Yesus mengajarkan dengan redaksi jelas HARAMNYA BABI, Rasul Muhammad Pun demikian. Alquran menyatakan : Qs 2 Al Baqarah 173

173. "Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging BABI, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".

Sungguh sebuah ayat dengan redaksi indah dan penuh nuansa humanis.

Islam melalui Rasul Muhammad konsisten mengajarkan kepada umatnya HARAMNYA BABI, karena Allah juga mengharamkannya sejak dulu..LALU KALAU KITA TIDAK MENGIKUTI AJARAN YESUS, LANTAS MENGIKUTI AJARAN SIAPA?

Baiknya renungkan kembali ayat ini (Yohanes 14 : 6): "Kata Yesus kepadanya : "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." (Yohanes 14 : 6)

JELAS JALAN YESUS YANG HARUS KITA IKUTI, DAN BUKAN PAULUS…YESUS MENGAJARKAN :

1. HANYA ALLAHLAH YANG MENJADI TUHAN DAN YESUS SEBAGAI UTUSAN

2. ALLAH DAN YESUS MENGHARAMKAN BABI

3. YESUS MENGAJARKAN SYARIAT MENGENAI KAIN KAFAN

So, sudahkah apa yang kita lakukan sekarang sesuai dengan ajaran Yesus ???

Kamis, 08 Januari 2009

melihat kondisi palestina

Lambang Al-Ikhwan Al-Muslimun

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, sholawat dan salam tercurahkan atas baginda kita Nabi besar Muhammad SAW.

Ikhwanul Muslimin hingga kini terus mencermati perkembangan yang sangat memprihatinkan yang terjadi di tanah Palestina. Kami, bersama saudara-saudara bangsa Arab dan umat Islam dunia lainnya, merasakan adanya bahaya yang sedang mengancam saudara-saudara kita di Palestina. Kondisi di lapangan sangat memilukan, dimana darah ditumpahkan, nyawa dan harga diri dianiaya. Sementara dunia, dengan tim kwartetnya. Bangsa Arab, dengan tim kwartetnya serta berbagai konferensi-konferensi yang digelar. Mereka semua, baik rezim pemerintahannya dan lembaga-lembaga nasional serta internasional, hanya bisa melihat semata, tidak berdaya. Tak ada bantuan riil yang diberikan kepada rakyat dan bangsa Palestina. Tidak bisa menghentikan permusuhan yang dilakukan terhadap bangsa Palestina. Tak bisa melerai konflik internal yang ada didalamnya. Ucapan dan pernyataan mereka tak mampu, sebelum tindakan riilnya, untuk berperan secara positif bagi kepentingan bangsa pejuang, Palestina. Sementara, orang-orang Zionis Israel, yang didukung oleh timur dan barat, terutama dari pemerintahan konservatif Amerika, tiada henti-hentinya menyulut fitnah internal dan membantu para penyeru perpecahan.

Kegoncangan dan ketidakstabilan yang terjadi di tanah Palestina, yang tentunya banyak melemahkan perjuangan itu sendiri, adalah tidak mendatangkan apa-apa selain kepentingan Zionis Israel semata. Kami tahu dan semua juga tahu bahwa blokade ekonomi, diplomasi dan politik yang diterapkan kepada pemerintahan Palestina terpilih ini tidak hanya akan menggulingkan pemerintahan koalisi nasional saja. Akan tetapi juga akan berimbas pada tumbangnya Otoritas Palestina (OP) itu sendiri. Ditambah lagi, tentunya, penderitaan yang terusa dialami oleh bangsa Palestina. Namun, kami yakin kepada Allah Ta’ala, bahwa Yang Maha Kuasa akan bersama dengan para mujahid pejuang sejati, putera dan puteri bangsa Palestina. Allah Ta’ala tidak akan menyia-nyiakan amal perbuatan mereka. Dan lagi, bangsa Arab, umat Islam dan banyak negara yang merdeka akan terus mendukung dan berdiri disamping bangsa Palestina.

Kami, dengan mencermati dan melihat semua peristiwa di atas, maka kami serukan kepada bangsa Palestina, baik sebagai pemerintah, rakyat biasa dan para faksi perlawanan untuk membuang jauh-jauh perpecahan dan konflik internal itu. Agar mereka semua mengedepankan akal sehat, bijaksana dan dialog. Merapatkan barisan dalam menghadapi musuh yang terus mencaplok tanah, harga diri dan tempat-tempat suci lainnya.

Kami mengajak kepada semua bangsa Arab dan umat Islam seluruhnya bersama bangsa-bangsa merdeka lainnya di dunia selalu mendukung sikap bangsa, pemerintahan koalisi nasional dan perlawanan Palestina dengan berbagai cara. Kami ajak mereka untuk bisa memainkan peran legal formal di negara masing-masing, mendorong pemerintahannya untuk bersama bangsa Palestina. Sekaligus mendorongnya untuk menolak segala tindakan jahat, pembunuhan dan penjajahan yang dilakukan oleh Zionis Israel. Terlebih-lebih, kalau semua pemerintahan itu mau melakukan peran tersebut, tentulah tidak sulit bagi mereka.

Kami, Ikhwanul Muslimin, terlebih melihat bahwa persoalan Palestina adalah persoalan sentral, pokok bagi kami. Persoalan Palestina merupakan persoalan utama bagi bangsa Arab dan umat Islam seluruhnya. Kami juga melihat bahwa jihad untuk membebaskan tanah Palestina dari cengkraman Zionis Israel, dengan berbagai cara, adalah kewajiban yang tak bisa ditawar-tawar lagi (fardhu ‘ain). Untuk itu, jiwa raga dan apa yang kami miliki ini, semuanya kami persembahkan untuk Palestina dan bangsanya.

Kami serukan sekarang, kepada PBB, Liga Arab, Persatuan parlemen Arab-Islam, OKI dan semua lembaga swadaya masyarakat di seluruh dunia, termasuk lembaga HAM, untuk segera bergerak menolong dan membela bangsa palestina font-family:lucida grande;" >Saat ini umat Islam berdiri di persimpangan jalan. Banyak yang sudah mempersembahkan demi Palestina. Oleh karena itu, perjalanan harus terus dilanjutkan dalam melawan konspirasi ini yang tidak hanya Palestina saja menjadi targetnya, tapi negeri-negeri Islam lainnya akan menjadi target berikutnya…

“Dan tentulah Allah akan menolong siapa yang menolong-Nya dan sesungguhnya Allah itu Maha Kuat lagi Maha Perkasa”

“Dan Allah yang memenangkan urusan-Nya, tapi kebanyakan manusia tidak tahu”

Muhammad Mahdi Akef

Mursyid ‘Am Ikhwanul Muslimin

Kairo, 29 Rabi’ul Akhir 1428

16 Mei 2007
(pip)